Santri Dianiaya Hingga Meninggal Sebab Sering Keluar Lingkungan Pesantren Tidak Izin – Seseorang santri Pondok pesantren Mambaul Ulum di Mojokerto meninggal dunia seusai dianiaya seniornya sendiri. Korban dianiaya sebab sering keluar lingkungan pesantren tidak dengan izin.
Ari Rivaldo (16) meninggal dunia di tangan seniornya berinisial WN (17), asal Kecamatan Pacet, Mojokerto. Jadi santri senior di Pondok pesantren Mambaul Ulum, Desa Awang-Awang, Kecamatan Mojosari, WN dikasih wewenang untuk memperhatikan keteraturan banyak santri junior.
Kasat Reskrim Polres Mojokerto AKP Muhammad Solikhin Fery mengemukakan, WN menganiaya Ari sebab dongkol korban sering keluar dari lingkungan pesantren tidak dengan izin.
“Motifnya sebab dongkol saja korban kerap keluar pondok tidak dengan izin,” kata KASAT , Sabtu (24/8/2019).
WN terus melampiaskan kekesalannya itu pada Senin (19/8). Lebih-lebih lagi, hari itu Ari kembali keluar dari lingkungan pesantren tidak dengan izin hingga sampai waktu 16.30 WIB. Lebih kurang waktu 23.00 WIB, pemeran mendatangi korban di kamar asramanya.
“Waktu itu pemeran maksudnya ingin memberi hukuman korban,” jelas Fery.
Dalam kamar asrama Ari, WN menendang kepala korban kedua kalinya. Kepala santri asal Kelurahan Selama, Kecamatan Taman, Sidoarjo, itu juga mengenai dinding asrama.
Mengakibatkan, Ari terluka kronis di kepala belakangnya. Korban selanjutnya meninggal dunia waktu dirawat di RSI Sakinah, Jalan RA Basuni, Kecamatan Sooko pada Selasa (20/8) lebih kurang waktu 12.00 WIB. Bentrokan dengan dinding membuat tengkorak belakang korban pecah.
“Pemeran tidak punya niat membunuh korban, maka itu pasalnya penganiayaan namun menimbulkan korban wafat. Sebab maksudnya (membunuh) tidak ada,” tandas Fery.
Polisi udah memutuskan WN jadi terduga penganiayaan yg tewaskan Ari. Ia dijaring dengan Klausal 80 UU RI nomer 23 tahun 2002 terkait Perlindungan Anak serta Klausal 351 ayat (3) KUHP terkait Penganiayaan yg Menimbulkan Korbannya Meninggal dunia.
Sesaat Pengurus Pondok Putra PP Mambaul Ulum Mahfuddin Besar menerangkan, sebelum dianiaya, Ari tidak masuk sekolah karena kepayahan selesai menuruti lomba gerak jalan, Minggu (18/8). Waktu dikunjungi WN di kamarnya, Ari tengah tidur nyenyak.
“Saya tidak jelas hari itu ia (Ari) keluar pondok atau mungkin tidak. Yg pastinya waktu itu ia tengah tidur, lalu dibangunkan oleh WN,” katanya.