Home / Internasional / Meski Jerman Alami Krisis Global,Masa Depan Pemuda Sangat Bahagia

Meski Jerman Alami Krisis Global,Masa Depan Pemuda Sangat Bahagia

Meski Jerman Alami Krisis Global,Masa Depan Pemuda Sangat  Bahagia  – Dua pertiga masyarakat Jerman rasakan senang dengan kehidupan pribadi mereka. Cuma sepertiga yang mengatakan cemas bakal kehilangan pekerjaan, demikian hasil studi pusat kajian sosial Wissenschaftszentrum Berlin für Sozialforschung (WZB) serta instansi kajian pendapat publik INFAS.

Survey yang hasilnya launching hari Kamis (9/5) di harian “Die Zeit” itu dijalankan tahun yang kemarin dengan wawancarai seputar 2.070 responden berumur antara 14 serta 80 tahun.

90 % responden menuturkan jika saat 10 tahun ke depan mereka tak menginginkan ada pergantian dalam status sosial mereka. Cuma 30 % yang cemas kehilangan pekerjaan, banyaknya yang sesuai sama tahun 2015.

Pekerjaan konsisten berubah menjadi prioritas penting, kata responden, dengan 86 % menggambarkannya “penting.” Sejumlah besar responden kelihatannya enjoy perihal gosip digitalisasi serta pergantian ekonomi. 75 % responden yakin digitalisasi bakal memberatkan pekerjaan, akan tetapi cuma 3 % yang yakin jika robot atau pc bakal ambil alih pekerjaan mereka.

“Beberapa orang di Jerman menyadari pergantian (yang ada) dalam warga, akan tetapi menolak jika mereka sendiri bakal dikuasai oleh pergantian itu,” kata Profesor Jutta Allmendinger, kepala kajian serta presiden WZB.

80 % responden merasa penting interaksi sosial mereka – lewat keluarga, club serta pekerjaan. Mereka menyaksikan tersedianya kontradiksi dalam pemasukan antara rumah tangga Jerman. Mereka menyaksikan akses pada pendidikan “begitu tak sama rata” ditambah lagi kontradiksi dalam distribusi kekayaan, kata Jutta Allmendinger.

Memang warga Jerman mengetahui tersedianya kontradiksi, lanjut Jutta Allmendinger, akan tetapi disaat tersangkut nilai serta etika, “group warga yang kelihatannya terpecah nyata-nyatanya (berlaku) bersisihan.”

Sikap yang cukuplah tegas berkenaan nilai serta etika ini memberikan “faktor untuk mengharap serta untuk (mengambil keputusan) skedul politik,” imbuhnya.

Beberapa responden diberi pertanyaan apa yang bakal mereka jauhi apabila dilahirkan untuk yang ke dua kalinya, serta nilai-nilai apa yang mereka harap bakal diadopsi generasi waktu depan jadi warisan generasinya. Mereka disuruh untuk membanding-bandingkan kehidupan mereka sendiri dengan apa yang mereka menganggapnya jadi pandangan “orang”.

Beberapa penulis studi itu katakan, kekayaan materi serta pekerjaan atau karier buat banyak masyarakat Jerman “tidak berubah menjadi motif eksklusif”, sama seperti pengalaman di era-era awal mulanya, seperti di saat pra-perang serta industrialisasi pada zaman ke-19.

Sekarang, buat beberapa orang Jerman “kerja merupakan sisi dari kehidupan yang tercukupi”, kata Allmendinger. Tidak sama dengan masa lampau, disaat punyai pekerjaan disaksikan jadi media untuk menyatukan harta.

“Sebagian dari responden rasakan jika mereka tidak usah menumpuk harta . Akan tetapi, mereka mau kerja,” kata direktur instansi kajian ilmiah di Berlin itu.

About admin